Nicolás Maduro Moros adalah figur politik paling menonjol di Venezuela sejak wafatnya Hugo Chávez pada tahun 2013. Sosok ini sering disebut sebagai “pewaris politik Chávez,” tetapi gaya kepemimpinannya serta kebijakan yang dijalankannya telah melahirkan perdebatan panjang, baik di dalam negeri maupun dunia internasional.

Baca juga : pestapora2025 semakin mendunia
Baca juga :Rumah KPR Antara Solusi Hunian atau Beban
Baca juga :Joget Dangkong Tradisi Hiburan Rakyat Batam
Baca juga :wisata misteri paling seram pulau batam
Baca juga :inspirasi bobroknya pemerintahan jaman solo
Maduro dianggap berhasil mempertahankan kekuasaan di tengah badai krisis politik, ekonomi, serta diplomatik. Namun, keberhasilannya mempertahankan kursi presiden juga menimbulkan tuduhan otoritarianisme, pelanggaran HAM, dan manipulasi pemilu. Untuk memahami kompleksitas kepemimpinan Maduro, kita perlu meninjau latar belakang kehidupannya, kiprah politik, kebijakan ekonomi, dinamika oposisi, hingga hubungannya dengan komunitas internasional.
Kehidupan Awal dan Karier Awal
Latar Belakang Keluarga
Nicolás Maduro lahir pada 23 November 1962 di Caracas, Venezuela, dari keluarga kelas menengah. Ayahnya adalah Nicolás Maduro García, seorang aktivis serikat pekerja yang kemudian meninggal dalam kecelakaan mobil ketika Maduro masih berusia kecil. Ibunya, Teresa de Jesús Moros, dikenal sebagai ibu rumah tangga yang religius.
Pengaruh keluarga yang dekat dengan gerakan pekerja inilah yang membentuk pandangan politik Maduro sejak muda.
Pendidikan dan Aktivisme
Berbeda dengan banyak politisi Amerika Latin lainnya, Maduro tidak menempuh pendidikan tinggi formal. Ia hanya menyelesaikan sekolah menengah dan kemudian bekerja sebagai sopir bus di Caracas. Dari profesi inilah, ia masuk ke dunia serikat pekerja transportasi, menjadi aktivis dan pemimpin serikat.
Pada era 1980-an dan 1990-an, Maduro terlibat dalam organisasi politik kiri, termasuk yang berafiliasi dengan gerakan Bolivarian yang dipelopori Hugo Chávez. Ia juga sempat mendapat pelatihan politik di Kuba, yang memperkuat ideologinya berhaluan sosialis anti-imperialis.
Naiknya Karier Politik

http://www.berniceedelman.com
Dukungan untuk Chávez
Ketika Hugo Chávez melakukan kudeta gagal pada tahun 1992, Maduro termasuk tokoh yang aktif mendukung gerakan tersebut dan kemudian memperjuangkan pembebasan Chávez dari penjara. Dukungan ini membuat Maduro mendapat tempat istimewa di lingkaran dalam Chávez.
Jabatan di Pemerintahan
- 1999 – Maduro menjadi anggota Majelis Konstituante Venezuela, yang merancang konstitusi baru setelah Chávez terpilih menjadi presiden.
- 2000 – Terpilih sebagai anggota Majelis Nasional.
- 2005 – Menjadi Ketua Majelis Nasional.
- 2006 – Diangkat sebagai Menteri Luar Negeri, posisi yang memperkuat hubungan Venezuela dengan negara-negara sekutu seperti Kuba, Rusia, dan Iran.
- 2012 – Menjadi Wakil Presiden setelah ditunjuk langsung oleh Chávez.
Dari Wakil Presiden ke Presiden
Wafatnya Hugo Chávez
Pada 5 Maret 2013, Hugo Chávez meninggal dunia akibat kanker. Sebelum meninggal, Chávez secara terbuka menyebut Nicolás Maduro sebagai penerus yang sebaiknya dipilih rakyat jika ia tidak mampu melanjutkan jabatan.

Pemilu 2013
Maduro kemudian menjabat sebagai presiden sementara dan mengikuti pemilu khusus pada 14 April 2013. Hasilnya:
- Maduro menang tipis dengan 50,6% suara melawan oposisi Henrique Capriles yang memperoleh 49,1%.
- Perbedaan suara yang sangat kecil (kurang dari 300 ribu suara) menimbulkan kontroversi dan protes dari oposisi.
Namun, Mahkamah Agung Venezuela mengesahkan kemenangan Maduro, dan ia resmi dilantik pada 19 April 2013.
Kebijakan dan Tantangan Ekonomi
Krisis Ekonomi

Sejak awal masa jabatannya, Maduro menghadapi krisis ekonomi yang semakin parah:
- Harga minyak dunia jatuh (2014–2016) → Venezuela sangat bergantung pada ekspor minyak.
- Inflasi melonjak hingga hiperinflasi >1.000.000% pada tahun 2018.
- Kelangkaan barang pokok seperti makanan, obat-obatan, dan kebutuhan sehari-hari.
- Pengangguran dan migrasi massal lebih dari 7 juta warga Venezuela yang mencari kehidupan lebih baik di luar negeri.
Kebijakan Ekonomi Maduro
- Kontrol harga & distribusi barang – yang justru memicu pasar gelap.
- Pengenalan mata uang digital Petro (2018) – didukung cadangan minyak, namun gagal mendapat kepercayaan internasional.
- Devaluasi bolívar – beberapa kali dilakukan, tetapi inflasi tetap tinggi.
- Kerja sama dengan Rusia, Iran, dan Tiongkok untuk menstabilkan ekonomi.
Menurut data terbaru (2024), Maduro mengklaim inflasi berhasil ditekan hingga 48%, angka terendah dalam 12 tahun, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 9%. Namun, para ekonom menilai angka ini tidak menggambarkan kenyataan karena sektor informal masih sangat besar.
Politik Otoritarian dan Represi Oposisi

Pemilu 2018
Maduro kembali mencalonkan diri pada pemilu 2018. Namun, prosesnya dipenuhi tuduhan kecurangan:
- Banyak partai oposisi besar dilarang ikut.
- Tingkat partisipasi pemilih hanya sekitar 46%.
- Hasilnya, Maduro diklaim menang dengan 67,8% suara.
AS, Uni Eropa, dan banyak negara Amerika Latin menyatakan tidak mengakui hasil pemilu tersebut.
Juan Guaidó dan Krisis Legitimasi
Pada Januari 2019, Juan Guaidó, ketua Majelis Nasional, mendeklarasikan diri sebagai presiden interim dengan dukungan AS dan puluhan negara lainnya.
Namun, militer tetap setia pada Maduro, membuat Guaidó gagal mengambil alih kekuasaan.
Rezim Otoritarian
Sejumlah laporan dari Human Rights Watch, Amnesty International, dan PBB menuduh pemerintahan Maduro melakukan:
- Penangkapan dan penyiksaan oposisi.
- Sensor media.
- Pengendalian lembaga hukum dan pemilu.
- Pembubaran demonstrasi dengan kekerasan, yang menyebabkan ratusan korban jiwa.
Hubungan Internasional
Sekutu Strategis

- Rusia → mendukung Maduro dengan bantuan militer, pinjaman, dan investasi energi.
- Cina → memberi kredit miliaran dolar dengan jaminan minyak.
- Kuba → sekutu ideologis dan penyedia intelijen serta dokter.
- Iran & Turki → membantu perdagangan minyak melawan sanksi AS.
Musuh Utama
- Amerika Serikat → menerapkan sanksi ekonomi, membekukan aset, dan menawarkan hadiah US$15 juta untuk informasi penangkapan Maduro terkait tuduhan narkoterrorisme. Pada 2025, angka itu naik hingga US$65 juta.
- Uni Eropa → mendukung oposisi, menolak legitimasi pemilu 2018 dan 2024.
- Negara Amerika Latin tertentu seperti Kolombia, Brasil (pada periode tertentu), dan Peru juga keras menentang Maduro.
Krisis 2025
Pada September 2025, ketegangan dengan AS mencapai titik panas setelah serangan AS terhadap kapal yang diklaim terkait dengan sindikat narkoba “Tren de Aragua.” Maduro menuduh AS berniat menggulingkannya dengan dalih perang narkoba, dan ia mengancam akan melancarkan perlawanan bersenjata bila Venezuela diserang.
Pemilu dan Kontroversi 2024–2025
Pada Juli 2024, Venezuela kembali menggelar pemilu presiden.
- Maduro dinyatakan menang dan dilantik untuk periode ketiga pada 10 Januari 2025.
- Banyak pengamat menilai prosesnya penuh manipulasi dan tidak adil.
- Upacara pelantikan berlangsung sepi, banyak pemimpin dunia menolak hadir.
Meski demikian, Maduro tetap menguasai seluruh institusi kunci negara berkat loyalitas militer dan dukungan aparat keamanan.
Warisan Politik dan Tantangan Masa Depan
Citra Domestik
Bagi sebagian rakyat Venezuela yang loyalis, Maduro dipandang sebagai penerus Chávez yang berjuang melawan imperialisme Barat. Namun, bagi oposisi dan jutaan diaspora, ia dianggap sebagai simbol kegagalan negara dan represi politik.

Tantangan yang Dihadapi
- Ekonomi rapuh meski inflasi menurun.
- Legitimasi politik masih diragukan dunia internasional.
- Tekanan dari AS dan sekutu Barat terus meningkat.
- Krisis kemanusiaan dengan jutaan migran yang sulit dipulihkan.
Nicolás Maduro adalah sosok kompleks yang lahir dari serikat pekerja hingga memegang kekuasaan tertinggi di Venezuela. Ia naik berkat dukungan Chávez, bertahan berkat loyalitas militer, dan bertahan menghadapi tekanan internasional melalui aliansi global.
Namun, kepemimpinannya juga ditandai oleh krisis ekonomi terbesar dalam sejarah Venezuela, tuduhan pelanggaran HAM, serta legitimasi politik yang terus dipertanyakan. Masa depan Venezuela di bawah Maduro tetap tidak pasti: apakah ia akan berhasil keluar dari isolasi global dan membangun kembali ekonomi, atau justru akan semakin terjebak dalam konflik berkepanjangan dengan rakyatnya dan dunia internasional.