
http://www.berniceedelman.com
Eric Daniel Pierre Cantona adalah salah satu pemain paling ikonik dalam sejarah sepak bola modern. Lahir di Marseille, Prancis, 24 Mei 1966, Cantona dikenal bukan hanya karena kualitasnya sebagai penyerang, tetapi juga karena karismanya yang membentuk identitas baru bagi Manchester United dan Liga Inggris pada era 1990-an. Dengan gaya flamboyan, kontroversi, dan kepemimpinan alami, ia dijuluki “King Eric” oleh fans United.
Jejak Kehidupan dan Karier di Prancis
Cantona tumbuh di lingkungan keluarga sederhana keturunan Sardinia dan Catalan. Sejak remaja ia sudah menonjol di sepak bola bersama klub lokal SO Caillols, lalu masuk akademi Auxerre. Tahun 1983 ia menjalani debut profesional, kemudian dipinjamkan ke Martigues untuk pengalaman.
Ia pindah ke Marseille pada 1988, klub besar Prancis yang penuh tekanan. Meski berbakat, Cantona sering bermasalah karena temperamen keras. Saat bermain di Montpellier (1990), ia sempat menendang bola ke rekan setim saat latihan, namun akhirnya berkontribusi membawa klub menjuarai Coupe de France. Kariernya di Prancis diwarnai konflik, tetapi juga membuktikan kualitasnya sebagai pemain kreatif dengan visi tajam.
Awal Karier di Inggris
Cantona datang ke Inggris pada 1992, bergabung dengan Leeds United. Di sana ia langsung mencuri perhatian dengan gol-gol penting yang membantu Leeds meraih gelar Divisi Satu 1991–92, musim terakhir sebelum terbentuknya Premier League.
Namun hubungannya dengan Leeds tidak bertahan lama. Pada November 1992, Manchester United yang kala itu dilatih Sir Alex Ferguson merekrutnya dengan biaya £1,2 juta. Keputusan itu menjadi salah satu transfer paling bersejarah dalam sepak bola Inggris.
Era Emas Bersama Manchester United
Kehadiran Cantona di United mengubah segalanya. Klub yang saat itu puasa gelar liga selama 26 tahun langsung menjuarai Premier League 1992–93. Cantona menjadi pusat serangan: mencetak gol, memberi assist, dan menginspirasi pemain muda seperti Ryan Giggs, David Beckham, Paul Scholes, dan Gary Neville.
Premier League: 1992–93, 1993–94, 1995–96, 1996–97.
Piala FA: 1994, 1996.
Community Shield: 1993, 1994, 1996.
cantona bukan sekadar pencetak gol, tetapi juga pemimpin karismatik. Gayanya yang unik — kerah jersey selalu ditegakkan, dada tegap, tatapan penuh percaya diri — menjadikannya simbol kekuatan baru United.
Cantona bukan striker murni, melainkan second striker/playmaker. Keunggulannya terletak pada
Kontrol bola dan sentuhan pertama yang brilian.
Tendangan akurat, termasuk gol spektakuler dari luar kotak penalti.
VIsi permainan tinggi, sering membuka ruang bagi rekan setim.
Karakter pemimpin, memengaruhi atmosfer ruang ganti.
Bagi fans United, ia adalah lebih dari pemain: ia adalah “raja” yang membangkitkan rasa percaya diri klub
Kung-Fu Kick cantona Kontroversial dan melegenda :
Karier Cantona di Inggris tidak lepas dari kontroversi. Insiden paling terkenal terjadi pada 25 Januari 1995 melawan Crystal Palace. Setelah diusir wasit, ia menendang suporter Palace, Matthew Simmons, dengan gerakan mirip kung-fu.
Diskors 9 bulan dari sepak bola.
Didenda besar dan dihukum kerja sosial.
Media Inggris mengecam keras, tetapi fans United tetap mendukungnya.
Alih-alih tenggelam, Cantona bangkit setelah skorsing. Pada musim 1995–96,ia memimpin United meraih double (Premier League & FA Cup), termasuk mencetak gol penentu di final FA Cup melawan Liverpool. dan Pada 1997 Pensiun Dini Cantona mengejutkan dunia dengan pensiun dini. Sir Alex Ferguson sempat mencoba membujuk, namun Cantona merasa waktunya sudah selesai. Keputusan itu menegaskan sifatnya yang independen dan penuh kejutan.Kehidupan Pasca Sepak Bola
Setelah pensiun, Cantona menjelajahi berbagai bidang
Film dan seni: tampil dalam film Looking for Eric (2009) dan karya Prancis lainnya.
Beach Soccer: melatih tim nasional Prancis sepak bola pantai.
Aktivisme sosial: terlibat dalam isu kemanusiaan, termasuk membantu pengungsi.
Ia tetap mempertahankan citra sebagai sosok artistik, karismatik, dan penuh filosofi.
Eric Cantona mungkin tidak mencetak gol sebanyak striker lain atau bermain selama dua dekade penuh, namun pengaruhnya tidak tertandingi. Ia menjadi katalis kebangkitan Manchester United di era modern dan memperkuat daya tarik Premier League di panggung global.Cantona dikenang bukan hanya karena trofi, tetapi juga aura, gaya, dan filosofi hidup yang ia bawa ke lapangan. Hingga kini, ia tetap menjadi ikon yang melampaui batas sepak bola sosok yang dipuja, dikritik, namun selalu diingat

baca juga : Kisah Nyata Apple dan Karier Steve Jobs
baca juga : Tari Topeng Dayak Warisan Budaya Kalimantan
baca juga : Seni Tari Jaipong Warisan Budaya Mendunia
