Sepak bola Indonesia punya banyak kisah tentang pemain berbakat yang memberi warna di lapangan hijau. Namun, tidak semua pemain bisa meninggalkan jejak yang bertahan lama dalam ingatan publik. Salah satu nama yang terus dikenang adalah Ponaryo Astaman

Baca juga : Buah durian penuh nutrisi dampak positif
Baca juga : Gaya Hidup Aa Gym Spiritualitas dan Keteladanan
Baca juga : Menonton Langsung ke Stadion seKeluarga
Baca juga : Trek jalur Pendakian Gunung Batur Bali
Baca juga : Inovasi Pemanfaatan Perkebunan solusi Agrowisata
Baca juga : Perjalanan Karier Kurniawan Dwi Yulianto
Ponaryo Astaman sosok gelandang tangguh yang dikenal bukan hanya karena permainannya, tetapi juga karena jiwa kepemimpinannya. Dari Balikpapan, ia menapaki jalan panjang, menorehkan tinta emas bersama tim nasional Indonesia, hingga akhirnya bertransformasi menjadi seorang manajer dan direktur klub profesional.
Awal Kehidupan dan Latar Belakang
Ponaryo Astaman lahir pada 25 September 1979 di Balikpapan, Kalimantan Timur. Kota pelabuhan sekaligus pusat industri migas ini memang tidak sebesar Jakarta atau Surabaya dalam konteks sepak bola, namun Balikpapan melahirkan sejumlah pesepak bola nasional yang berpengaruh.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/13953/original/ponaryo-astaman-sriwijaya-130315c.jpg)
http://www.berniceedelman.com
Sejak kecil, Ponaryo sudah akrab dengan sepak bola jalanan. Gairahnya tumbuh dari lingkungan sekitar dan dukungan keluarga. Meskipun tidak lahir dari keluarga pesepak bola profesional, dorongan untuk berlatih dan membuktikan diri membuatnya menonjol di usia remaja.
Tinggi badannya sekitar 1,72–1,74 meter — ukuran ideal untuk seorang gelandang bertahan. Postur tersebut memungkinkan dirinya menjadi pemain dengan keseimbangan antara fisik, mobilitas, dan ketangguhan duel di lapangan tengah.
Karier Junior
Karier sepak bolanya dimulai secara serius bersama Persiba Balikpapan junior pada tahun 1997. Dari sanalah Ponaryo belajar disiplin taktik, teknik dasar, dan profesionalisme awal. Walau hanya sempat bermain selama dua tahun di level junior (1997–1999), performanya menarik perhatian klub lain yang akhirnya membuka jalan menuju level profesional.
Karier Klub Profesional
1. PKT Bontang (2000 – 2003)
Ponaryo memulai debut profesional bersama PKT Bontang, klub asal Kalimantan Timur. Di sini, ia mencatat 60 penampilan dan 12 gol — jumlah yang cukup impresif bagi seorang gelandang bertahan. Masa ini sangat penting karena menandai transisi dari pemain muda potensial menjadi pilar tim inti.
2. PSM Makassar (2003 – 2006)
Tahun 2003, Ponaryo pindah ke PSM Makassar, salah satu klub paling legendaris di Indonesia. Bersama Juku Eja, ia berkembang menjadi pemain yang semakin matang. Kepemimpinannya mulai terlihat, bahkan sering dipercaya memimpin lini tengah dalam pertandingan besar.
3. Melaka TMFC, Malaysia (2006 – 2007)
Ambisinya tidak berhenti di dalam negeri. Pada 2006, Ponaryo merantau ke Malaysia untuk memperkuat Melaka TMFC. Meski hanya bertahan satu musim, pengalaman di liga asing memberinya wawasan baru tentang profesionalisme sepak bola di luar negeri.
4. Arema Malang (2007 – 2008)

Sekembali ke Indonesia, Ponaryo bergabung dengan Arema Malang. Klub ini dikenal memiliki basis suporter fanatik, Aremania, yang memberi atmosfer berbeda. Walau masa baktinya singkat, Ponaryo tetap menjadi bagian penting skuad.
5. Persija Jakarta (2008 – 2009)
Setelah Arema, Ponaryo pindah ke ibu kota untuk memperkuat Persija Jakarta. Bergabung dengan klub sebesar Persija memberinya eksposur yang lebih luas, sekaligus menguji kemampuannya tampil di bawah tekanan besar publik Jakarta.
6. Sriwijaya FC (2009 – 2013)
Inilah periode emas karier Ponaryo. Bersama Sriwijaya FC, ia mencatat berbagai pencapaian:
- Juara Indonesia Super League (2011–12)
- Piala Indonesia (2010)
- Indonesian Community Shield (2010)
- Inter Island Cup (2010, 2012)
Selama empat tahun, Ponaryo menjadi jangkar di lini tengah Laskar Wong Kito, berperan penting dalam stabilitas permainan tim.
7. PSM Makassar (2013 – 2016)
Ponaryo kembali ke klub lamanya, PSM Makassar. Kepulangannya bukan hanya untuk bermain, tetapi juga membawa pengalaman dan kepemimpinan yang ia kumpulkan dari klub-klub sebelumnya.
8. Persija Jakarta (Pinjaman, 2014 – 2015)
Di periode ini, ia sempat dipinjamkan kembali ke Persija Jakarta. Meski bukan periode panjang, kehadirannya tetap memberi kontribusi dalam menjaga keseimbangan tim.
9. Borneo FC (2016 – 2017)

Karier profesional Ponaryo ditutup di klub Borneo FC. Di sinilah ia memutuskan gantung sepatu, dan menariknya, ia tidak benar-benar meninggalkan klub karena kelak melanjutkan peran di manajemen.
Statistik Karier Klub:
- Total 354 penampilan
- Total 48 gol
Karier Tim Nasional Indonesia
Awal Bersama Timnas U-23
Ponaryo pertama kali tampil untuk Timnas Indonesia U-23 pada tahun 2001. Keberaniannya, disiplin, serta kemampuannya membaca permainan membuatnya cepat dipromosikan ke tim senior.
Timnas Senior (2003 – 2013)
Selama 10 tahun, Ponaryo menjadi langganan tim nasional. Ia mencatat 61 caps dan 2 gol. Salah satu momen paling bersejarah adalah di Piala Asia 2004, ketika ia mencetak gol dalam kemenangan bersejarah Indonesia melawan Qatar. Itu adalah kemenangan perdana Indonesia di ajang Piala Asia.
Prestasi di Timnas:
- Indonesia Independence Cup 2008 (juara)
- AFF Championship 2004 (runner-up)
Selain pencapaian itu, Ponaryo juga dipercaya mengenakan ban kapten timnas, membuktikan wibawanya sebagai pemimpin di lapangan.
Karakter Bermain
Ponaryo dikenal sebagai gelandang bertahan dengan atribut berikut:
- Disiplin Taktis: Mampu menjaga posisi dan membaca permainan lawan.
- Ketekunan: Tidak kenal lelah dalam menutup ruang.
- Kepemimpinan: Berani mengomandoi rekan setim di lapangan.
- Distribusi Bola: Memiliki akurasi umpan yang baik, terutama untuk membangun serangan dari lini tengah.
Di balik karakternya yang keras di lapangan, Ponaryo dikenal rendah hati dan mudah berbaur di luar lapangan.
Transformasi Setelah Pensiun

Manajerial di Borneo FC
Usai pensiun pada 2017, Ponaryo tidak meninggalkan dunia sepak bola. Ia langsung dipercaya masuk ke struktur manajemen Borneo FC.
- Tahun 2017–2018, ia menjabat dalam staf manajerial.
- Kini, Ponaryo menjabat sebagai Direktur Utama (Chief Executive Officer/CEO) Borneo FC.
Dalam posisinya ini, Ponaryo bertanggung jawab atas strategi jangka panjang klub, termasuk pengelolaan pemain, finansial, dan hubungan dengan suporter.
Peran di Sepak Bola Indonesia
Selain aktif di level klub, Ponaryo juga ikut terlibat dalam wacana profesionalisme sepak bola nasional. Ia kerap menyuarakan pentingnya manajemen modern, pembinaan usia muda, dan transparansi finansial klub.
Kepemimpinan dan Warisan
Ponaryo adalah contoh nyata pemain yang sukses bertransisi dari lapangan hijau ke kursi eksekutif. Ia menunjukkan bahwa pesepak bola tidak harus menghilang setelah pensiun, melainkan bisa tetap berkontribusi melalui jalur berbeda.
Warisan yang ia tinggalkan:
- Kapten sejati: Membuktikan arti kepemimpinan dalam sepak bola.
- Simbol dedikasi: Bertahan lama di level tim nasional dan klub elit.
- Inspirasi regenerasi: Membuka jalan bagi pemain muda untuk bermimpi lebih.
- Profesionalisme manajemen: Menjadi contoh bagaimana mantan pemain bisa memimpin klub dengan visi bisnis modern.

Perjalanan Ponaryo Astaman adalah potret lengkap seorang insan sepak bola: dari anak Balikpapan, menjadi gelandang tangguh, kapten tim nasional, juara bersama klub, hingga kini memimpin Borneo FC dari kursi direktur.
Ia adalah simbol dedikasi, konsistensi, dan kepemimpinan — tiga hal yang seharusnya menjadi inspirasi bagi generasi pesepak bola Indonesia berikutnya.
Ponaryo membuktikan bahwa perjalanan seorang pemain tidak berhenti saat karier di lapangan usai. Justru, itu bisa menjadi awal babak baru untuk membangun sepak bola Indonesia ke arah yang lebih baik.