Xi Jinping adalah figur politik paling berpengaruh di Tiongkok modern. Sejak resmi menjadi Presiden Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 2013, Xi tidak hanya menguasai jabatan kepala negara, tetapi juga menggabungkan kekuasaan partai dan militer di tangannya. Hal ini menjadikannya pemimpin paling kuat di Tiongkok sejak Mao Zedong.
Baca juga : Penyerangan kampus unisba dan unpas
Baca juga : Kombes Pol. Rantau brimob terbuka dan berani
Baca juga : Persib bandung los galatiocos indonesia
Baca juga : gaya penampilan artis di demo DPR
Baca juga : Lebih dekat sosok brigjen tni Muhammad nas
berikut kami akan membahas secara mendalam tentang perjalanan hidup, karier politik, kebijakan, serta pengaruh Xi Jinping baik di dalam negeri maupun di panggung internasional.
1. Latar Belakang dan Kehidupan Awal
Xi Jinping lahir pada 15 Juni 1953 di Beijing. Ia merupakan anak dari Xi Zhongxun, seorang revolusioner senior sekaligus salah satu pendiri Republik Rakyat Tiongkok. Latar belakang keluarganya membuat Xi kecil tumbuh dalam lingkungan politik yang dekat dengan pusat kekuasaan. Namun, perjalanan hidupnya tidak selalu mulus.
Masa Revolusi Kebudayaan
Pada akhir 1960-an, ketika Revolusi Kebudayaan digagas oleh Mao Zedong, keluarga Xi Jinping ikut terkena dampaknya. Ayahnya dituduh sebagai pengkhianat politik, sehingga Xi muda kehilangan status istimewa sebagai anak pejabat. Pada usia 15 tahun, Xi dikirim ke desa terpencil Liangjiahe di Provinsi Shaanxi sebagai bagian dari program “pemuda yang dikirim ke desa”.
Di Liangjiahe, Xi hidup dalam kondisi sulit: tidur di gua, bekerja keras di ladang, dan berinteraksi dengan petani miskin. Pengalaman ini kemudian sering ia sebut sebagai titik balik kehidupannya, membentuk mental tangguh dan kemampuan beradaptasi di tengah kesulitan.
Pendidikan
Setelah situasi politik mereda, Xi berhasil diterima di Universitas Tsinghua, salah satu kampus paling prestisius di Tiongkok. Ia mengambil jurusan teknik kimia. Beberapa tahun kemudian, Xi juga menempuh pendidikan pascasarjana di bidang teori hukum Marxis dan doktor filsafat.
2. Awal Karier Politik
Setelah lulus, Xi memulai kariernya di bidang politik lokal. Ia menghindari langsung masuk ke lingkaran elit Beijing, melainkan membangun pengalaman di daerah.
Posisi di Fujian
Xi menghabiskan hampir 17 tahun di Provinsi Fujian, bekerja dalam berbagai posisi administratif. Ia dikenal sebagai pejabat yang fokus pada pembangunan ekonomi dan menarik investasi asing.
Gubernur Zhejiang
Pada awal 2000-an, Xi dipindahkan ke Provinsi Zhejiang, salah satu pusat pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Di sana, ia mendorong reformasi ekonomi lokal, memperkuat industri manufaktur, dan menarik investor internasional.
Sekretaris Partai Shanghai
Pada 2007, Xi dipromosikan menjadi Sekretaris Partai di Shanghai, kota terbesar sekaligus pusat finansial Tiongkok. Walaupun hanya menjabat sebentar, reputasinya sebagai pemimpin bersih dan efisien semakin menonjol.
3. Masuk ke Lingkaran Elit Nasional

http://www.berniceedelman.com
Pada tahun yang sama, Xi masuk ke Politbiro Standing Committee, lingkaran inti berisi tujuh orang yang menjadi pengambil keputusan tertinggi Partai Komunis Tiongkok (PKT). Langkah ini membuka jalannya menuju kursi kepemimpinan nasional.
Pada 2012, Xi resmi dipilih menjadi Sekretaris Jenderal PKT, sekaligus Ketua Komisi Militer Pusat. Setahun kemudian, pada 14 Maret 2013, ia terpilih menjadi Presiden Tiongkok. Sejak saat itu, Xi menguasai tiga jabatan paling strategis: kepala negara, pemimpin partai, dan panglima tertinggi militer.
4. Konsolidasi Kekuasaan
Sejak awal menjabat, Xi menunjukkan tekad untuk memperkuat kontrol partai dan memperluas pengaruhnya secara pribadi.
Kampanye Anti-Korupsi
Salah satu langkah paling mencolok adalah kampanye anti-korupsi besar-besaran. Ribuan pejabat, mulai dari level rendah hingga tinggi, ditangkap. Bahkan anggota politbiro dan jenderal senior militer ikut tersapu dalam gelombang ini.
Kampanye ini mendapatkan dukungan luas dari rakyat karena korupsi dianggap sebagai masalah besar di Tiongkok. Namun, banyak pengamat menilai kampanye tersebut juga berfungsi sebagai alat politik untuk menyingkirkan lawan-lawan Xi.
Penghapusan Batas Masa Jabatan
Pada 2018, Konstitusi Tiongkok diamendemen. Batas masa jabatan presiden yang sebelumnya hanya dua periode dihapus. Langkah ini membuka jalan bagi Xi untuk menjabat seumur hidup. Perubahan ini memicu kritik dari dunia internasional dan kekhawatiran di dalam negeri bahwa Tiongkok kembali ke era kepemimpinan tanpa batas.
5. Ideologi: Xi Jinping Thought

Xi memperkenalkan ideologinya yang dikenal dengan “Xi Jinping Thought on Socialism with Chinese Characteristics for a New Era”. Ideologi ini menekankan:
- Dominasi Partai Komunis sebagai inti dari segala aspek kehidupan.
- Kebangkitan nasional Tiongkok melalui konsep Chinese Dream.
- Pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan inovasi dan teknologi sebagai pilar utama.
- Reformasi militer untuk menjadikan PLA modern dan siap tempur.
- Peran global Tiongkok sebagai kekuatan utama dunia.
Pemikiran ini tidak hanya masuk ke dalam konstitusi negara, tetapi juga diwajibkan untuk dipelajari oleh sekolah, universitas, dan lembaga pemerintah.
6. Kebijakan Domestik
a. Ekonomi
Xi memperkenalkan program Made in China 2025, yang bertujuan menjadikan Tiongkok pemimpin global dalam industri teknologi tinggi, seperti AI, robotik, dan energi terbarukan.
Namun, di bawah kepemimpinannya, negara juga memperketat kontrol terhadap sektor swasta. Perusahaan raksasa teknologi seperti Alibaba dan Tencent ditekan agar tetap tunduk pada regulasi negara.
b. Zero-COVID Policy
Selama pandemi COVID-19, Xi menerapkan kebijakan Zero-COVID yang sangat ketat. Kota-kota besar seperti Shanghai dan Beijing mengalami lockdown panjang. Kebijakan ini berhasil menekan angka kematian, tetapi juga menimbulkan kerugian ekonomi besar dan protes masyarakat.
c. Common Prosperity
Xi mengusung gagasan “kemakmuran bersama” untuk mengurangi kesenjangan sosial. Salah satunya dengan menekan dominasi konglomerat dan mendorong redistribusi kekayaan.
7. Kebijakan Luar Negeri
a. Belt and Road Initiative (BRI)
Diluncurkan pada 2013, BRI adalah proyek infrastruktur global yang menghubungkan Tiongkok dengan Asia, Afrika, hingga Eropa. Melalui pembangunan pelabuhan, rel kereta, dan jaringan energi, Tiongkok memperluas pengaruh ekonominya di seluruh dunia.
b. Hubungan dengan Amerika Serikat
Hubungan Tiongkok-AS di era Xi penuh ketegangan:
- Perang dagang dengan tarif impor tinggi.
- Persaingan teknologi (chip, 5G, kecerdasan buatan).
- Persoalan Taiwan dan Laut Cina Selatan.
c. Aliansi dengan Rusia dan Korea Utara
Xi mempererat hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pada 2025, keduanya bahkan tampil bersama dalam upaya membangun “tatanan dunia baru” bersama India. Xi juga menjaga hubungan erat dengan Korea Utara, terlihat dalam parade militer di Beijing yang dihadiri bersama Kim Jong Un.
8. Kepemimpinan Militer
Sebagai Ketua Komisi Militer Pusat, Xi memodernisasi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). Ia meningkatkan anggaran pertahanan, membangun kapal induk baru, dan memperkuat kemampuan siber serta luar angkasa. Tujuan utamanya adalah menjadikan Tiongkok kekuatan militer kelas dunia pada pertengahan abad ke-21.
9. Kritik dan Kontroversi

Walaupun Xi mendapat dukungan luas di dalam negeri, banyak kebijakan dan tindakannya menuai kritik:
- Hak Asasi Manusia
- Penanganan terhadap minoritas Uighur di Xinjiang dituduh melibatkan kamp penahanan massal.
- Kebebasan sipil di Hong Kong ditekan setelah diberlakukannya Undang-Undang Keamanan Nasional 2020.
- Kultus Individu
- Gambar Xi dan kutipan pidatonya tersebar luas di media.
- Buku tentang Xi wajib dipelajari di sekolah.
- Hal ini menimbulkan kesan kultus pribadi mirip Mao Zedong.
- Ekonomi Melambat
- Pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat dibanding dekade sebelumnya.
- Kebijakan Zero-COVID dan tekanan terhadap perusahaan swasta dianggap menghambat inovasi.
10. Analisis Kepemimpinan
Xi Jinping berhasil mengubah wajah Tiongkok dalam satu dekade terakhir. Ia mengonsolidasikan kekuasaan, memperkuat militer, serta memperluas pengaruh internasional. Namun, gaya kepemimpinannya yang otoriter dan kebijakan ekonomi yang ketat menimbulkan dilema: apakah Tiongkok akan semakin stabil atau justru menghadapi resistensi dari dalam dan luar negeri?
11. Timeline Penting
- 1953: Lahir di Beijing.
- 1969: Dikirim ke desa Liangjiahe selama Revolusi Kebudayaan.
- 1975: Masuk Universitas Tsinghua.
- 1980-an: Menjabat di Fujian.
- 2002: Gubernur Zhejiang.
- 2007: Sekretaris Partai Shanghai, masuk Politbiro.
- 2012: Sekretaris Jenderal PKT & Ketua CMC.
- 2013: Presiden Tiongkok.
- 2018: Amandemen konstitusi, hapus batas masa jabatan.
- 2022: Zero-COVID mencapai puncaknya.
- 2023: Terpilih kembali untuk masa jabatan ketiga.
- 2025: Mendorong tatanan global baru bersama Rusia dan India.